Mengulik Perjalanan Jagad Sastra Tegal, Dari Tabloid hingga Kur Balada

- Sabtu, 11 Februari 2023 | 16:11 WIB
Tabloid tegal Tegal (dok Lanang Setiawan)
Tabloid tegal Tegal (dok Lanang Setiawan)

KOTA TEGAL, AYOTEGAL.COM - Di jagat kesusastraan nasional memiliki aliran dari masa Pujangga Lama, Pujangga Baru sampai kemudian mencuat Angkatan 45, Angkatan 66, dan Angkatan 70-an.

Hal semacam itu juga terjadi di Tegal. Orang Tegal emoh kalah awu dalam artian unjuk gigi. Orang Tegal sudah biasa bikin orang lain geleng kepala.

Tahukah Anda sekitar tahun 1970-an pesawat helikopter jatuh di sekitar tepian jembatan Muaratua, Desa Muarareja, Kota Tegal berkeping-keping lantas bangkai awak pesawat direncak-rencak dijadikan sendok dan garpu oleh pengusaha besi tua dan peleburan logam.

Baca Juga: Bhabinkamtibmas di Pemalang Proaktif Ikut Cegah Stunting, Ikut Pendampingan Imunisasi hingga Timbang Anak

Bahkan, Peristiwa Tiga Daerah yang sempat membikin geram Bung Karno. Setelah Kemerdekaan RI, Tegal ingin mendirikan “Negara Talang”.

Sastra? Tegal bukan sawah puso. Tanggal 26 November 1994, lahir puisi-puisi terjemahan Tegalan. Bahasa Tegal yang terpinggirkan mendadak terangkat derajatnya melangit.

Tahun 2020 hingga 2023 berurut-turut lahir aliran baru Puisi Tegalan 5 sekaligus. Ada aliran baru tersebut dinamai Wangsi-Wangsalan Puisi, Kur 267, Tegalerin 2:4:2:4, Puisi Rolasan, dan paling gres Kur Balada.

Kur Balada adalah bentuk gabungan dari jenis puisi Tegalan bernama “Kur 267”. Dinamakan Kur Balada minimal memuat 4 “Kur 267” dirangkai menjadi narasi bercerita tentang sebuah perjalanan manusia pada suatu peristiwa, tragedi, unsur ketuhanan, estetika, biografi, autobiografi, alam, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Syukuran 2 Tahun, BG Kitchen Tegal Santuni 45 Anak Yatim

“Kur 267” sendiri merupakan jenis puisi paling singkat dalam aliran baru sastra Tegalan berjumlah atas 15 mora atau silabel (suku kata) terdiri dari 3 matra atau baris. Masing-masing silabel berbilang 2, 6, dan 7.

Kur Balada
MOH KALAH AWU

1
Kur 267 Lanang Setiawan
Mbabar
Sajak terjemahan
Gempar Tembangan Banyak

2
Média
Ramé tayang werta
Jagad sastra gégéran

3
Manggung
Ngambah ngendi paran
Tembangan Banyak mulad

4
Kadung
Lisus basa nyebar
Tegal moh kalah awu

Halaman:

Editor: Dwi ariadi

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Desakralisasi Ritual Tradisi

Kamis, 18 Agustus 2022 | 16:31 WIB

Candra Mawa dari Desa Pangka

Jumat, 7 Januari 2022 | 16:53 WIB

KST Gagas Kongres Sastra Tegalan

Selasa, 3 September 2019 | 21:42 WIB
X