Ini Kata Ahli Fisika Soal Kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182

JAKARTA, AYOTEGAL.COM - Analisa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 diduga karena pilot menghindaricuaca buruk hingga menyebabkan kemiringan pesawat yang terlalu menukik. Itu dikemukakan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (sesjen Wantannas) periode 2003-2005 yang juga ahli fisika, Profesor Budi Santoso.
Dalam analisanya, Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 kehilangan daya angkat usai menukik terlalu tajam.
"Biasanya kalau kemiringan kebablasan akan dikoreksi oleh sistem kontrol. Namun kalau ada turbulensi, sistem kendali tak berdaya mengkoreksi," ucap Budi kepada Republika - jaringan Ayotegal.com, Selasa (12/1/2021).
AYO BACA : Satu Korban Sriwijaya Air SJ 182 Teridentifikasi
Budi menyebut, pesawat Sriwijaya Air jatuh bebas, hingga menukik. Dia menduga, pilot mencoba menghindari cuaca buruk secara tiba-tiba dengan posisi pesawat terlalu miring. Kondisi itulah yang menyebabkan pesawat Boeing tersebut tidak memiliki daya angkat.
"Ketika pesawat jatuh bebas, tiba-tiba saja orang kehilangan kesadaran, apalagi menukik. Pesawat menghantam permukaan laut dengan kecepatan tinggi, dalam keadaan mesin hidup. Pasti tangki bahan bakar pecah dan ditelan api mesin jet, hingga meledak," kata Budi.
Karean itu, Budi memprediksi, pesawat bukan meledak ketika berada di udara. Karena kalau meledak di udara, sambung dia, sebarannya pecahan bodi pesawat luas.
"Ini tersebar pula cuma di dalam air. Itu tanda ledakan menjadi berkeping, bahkan tubuh pun berkeping," ujar Budi yang mengaku banyak mengamati jatuhnya pesawat yang kehilangan daya angkat karena posisinya yang miring.
Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dinyatakan hilang di Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu (9/1/2021) sore WIB.
AYO BACA : SAR Kumpulkan 74 Kantong Jenazah Korban Sriwijaya Air SJ 182
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pribadi seperti diatur dalam UU ITE