MARGADANA, AYOTEGAL.COM -- Wayang Golek Cepak Tegal kini sudah tak sepopuler dulu. Warisan budaya Tegal ini nasibnya kurang menggembirakan dan bahkan sudah mulai terlupakan di kalangan masyarakat Tegal.
Hal itu disampaikan perajin Wayang Golek Cepak Tegal, Wahyo, saat ditemui ayotegal.com di rumahnya, di Kelurahan Sumurpanggang, Margadana, Kota Tegal. "Semenjak Ki Enthus meninggal, bahkan belum ada penerus yang melestarikan budaya asli Tegal dengan pementasan-pementasan wayang," kata dia.
Oleh karena itu, ia berharap, pemerintah setempat atau siapapun yang peduli dengan budaya asli Tegal, turut memperhatikan dan melestarikan Wayang Golek Cepak Tegal. Dengan begitu, fungsi slogan nguri-nguri budaya Tegal dapat benar-benar maksimal diterapkan.
Dengan dibantu ayah dan adiknya, Wahyo masih aktif memproduksi Wayang Golek Cepak Tegal hingga usianya kini menginjak 40 tahun. Hal itu sebagai bentuk kepeduliannya terhadap warisan budaya Tegal.
Keahliannya mengukir golek cepak didapat secara turun temurun dari keluarganya. Wahyo merupakan generasi keempat yang melestarikan wayang golek ini.
Selain memproduksi wayang golek untuk pementasan, dia juga memproduksi wayang yang bisa dibeli para kolektor dan wayang mainan.
Dalam pembuatan Wayang Golek Cepak, ia menggunakan kayu kedongdong jaran. Menurutnya, kayu tersebut awet dan anti hama. Untuk satu buah golek, ia membutuhkan waktu sekitar satu minggu pengerjaan.
"Satu golek cepak mainan saya banderol Rp250.000 sampai Rp400.000. Rp400.000 sampai Rp1,5 juta untuk para kolektor, dan Rp1,5 juta ke atas untuk wayang golek jenis pementasan," ujar dia.