BATANG, AYOTEGAL.COM -- Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang mulai mengalihfungsikan sawah terdampak tol menjadi klaster bawang merah.
Lahan seluas 6 hektare di desa Banjiran, kecamatan Warungasem, menjadi demplot (lahan percontohan) pengembangan bawang merah menggandeng off taker (penyedia bibit dan pembeli) dari PT Mitra Pillar Brebes.
"Pengembangan bawang merah ini merupakan jawaban keluhan petani yang irigasi berkurang karena dampak tol, meski ada air tapi tidak bisa ditanami padi," kata Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang, Heru Yuwono, Jumat 21 Mei 2021.
Ia menyebut di Kabupaten Batang ada sekitar 308 hektare sawah yang terdampak pembangunan tol.
Adapun hasil panen raya demplot Bawang Merah itu mencapai 27 ton per hektare. Hasil itu jauh lebih tinggi dibanding sentra bawang merah di Kabupaten Brebes.
"Di brebes, panen per hektare maksimal 20 ton basah. Hasilnya pun Insya Allah lebih bagus daripada Brebes," jelas Direktur PT Mitra Pilar Brebes, Alex Chandra.
Ia mengatakan saat ini Kabupaten Brebes berkontribusi 30% dari kebutuhan bawang merah secara nasional.
Alex berharap kabupaten Batang bisa mengambil porsi 5% hingga 10% dari kontribusi itu.
Perhitungannya, paling tidak untuk mencapai hal itu, butuh panen bawang merah 600 ton per tahun.
"Untuk kebutuhan ekspor selama ini masig ambil dari NTB. Ke depan saya harap ekspor bisa dari Batang," jelasnya.
Bupati Batang Wihaji mengatakan kebutuhan utama petani adalah kepastian pembiayaan, kepastian harga dan kepastian pembeli.
Ketika tiga hal itu tercapai, ia yakin jenis pertanian apapun, khususnya bawang merah, akan tumbuh alami.
" Petani alamiah saja, selama untung akan ikut, kalau tidak untung ya tidak ikut," jelasnya.
Wihaji juga meminta petani berpikir out of the box dengan mencoba memanen di masa off season, saat harga bawang merah tinggi.